Guru dan Siswa Indonesia
Dalam konteks pembangunan bangsa dan negara, guru di Indonesia juga selalu dinarasikan memiliki posisi dan peran sangat strategis yang sangat menentukan masa depan bangsa. Data yang dirilis dapokemdikbud.go.id menyebut jumlah guru yang tersebar di berbagai TK, PAUD, SD, SLB, SMP, SMA dan SMK dengan angka 3.430.274, di mana sekitar 500-600 ribuan merupakan guru non ASN. Data belum termasuk guru- guru non ASN yang mengajar di Madrasah Diniyah sebanyak lebih dari 450 ribu sebagaimana pernah disampaikan mantan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
Jumlah yang terdata di atas ternyata tidak terdistribusikan secara merata jika ditengok dari sebaran provinsi, jenjang sekolah tempat mengajar serta jenis kelamin guru. Ini bermakna masih ada kekurangan atas ketersediaan guru di berbagai provinsi dan di berbagai jenjang pendidikan di Indonesia.
Data di atas juga menunjukkan betapa proporsi antara jumlah penduduk Indonesia dengan guru masih belum ideal seimbang. Dari jumlah guru yang terdata di atas, sekitar 85 % dari mereka sudah berpendidikan sarjana strata satu, namun sekitar satu jutaan lebih belum tersertifikasi pendidik. Jika ditambah dengan guru madin yang belum berpendidikan strata satu dan tersertifikasi pendidik, prosentase dan jumlah di atas menjadi berkurang.
Dilihat dari kinerja guru Indonesia, data- data tentang kualitas atau kompetensi guru juga bisa dilacak melaluihasil Uji Kompetensi Guru (UKG), Ujian Nasional (UB) maupun Program for International Student Assessment (PISA). Sebagai suatu gambaran, hasil UKG pada tahun 2019 menunjukkan nilai rata-rata guru jenjang SD sebesar 54,8. Nilai rata-rata guru SMP sebesar 58,60, nilai Rata-rata guru SMA sebesar 62,70 dan nila rata-rata guru SMK sebesar 58,40. Data UKG di atas menunjukkan perbaikan dibanding hasil UKG tahun 2015 di mana 81% guru di Indonesia tidak mencapai nilai minimum (55).
Jika hasil UKG di atas dikomparasikan dengan hasil uji kompetensi siswa yang di ukur melalui PISA terhadap siswa yang dimotori oleh Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD), skor yang dicapai adalah 359 (dibawah skor rata-rata global sebesar 476) di tahun 2022.
Khusus pada bidang Matematika, skor PISA Indonesia mencapai 366 dari skor rata-rata global sebesar 472. Sedangkan pada bidang Sains siswa Indonesia mencapai skor 383, dibawah skor rata-rata global sebesar 485. Yang agak rendah adalah skor membaca yang hanya mencapai angka 359 dari skor rata-rata global yang di angka 476.
Yang paling menyedihkan adalah kondisi yang diungkap oleh Inge Kusuma selaku Head of Tanoto Foundation Indonesia pada diskusi yang digelar oleh Tanoto Foundation dan SMERU Research Institute, bahwa siswa Indonesia belum memiliki kemampuan dasar, yaitu penalaran dasar yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah kehidupan manusia. Ini berarti bahwa siswa Indonesia mengalami krisis pembelajaran yang serius.
Guru dan Kesejahteraan
Sudah sering dipaparkan bahwa gaji dan tunjangan yang diterima oleh banyak guru, terutama guru swasta, masih jauh dari cukup. Hasil riset yang dirilis oleh Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) yang dirilis pada bulan Mei 2024 mengungkap minimnya kesejahteraan guru di Indonnesia. Survei yang dilakukan terhadap 403 guru dari berbagai kondisi sosial ekonomi dan status keguruannya itu mengungkap data bahwa 42 persen guru Indonesia berpenghasilan di bawah 2 (dua) juta rupiah per bulan. Yang sungguh sangat memperihatinkan adalah adanya temuan sekitar 13 persen dari sampling berpendapatan tidak sampai 500.000 (lima ratus ribu rupiah) perbulan.
Pemerintah sebenarnya telah berupaya mencari beberapa solusi untuk mengatasi rendahnya kesejahteraan guru, antara lain dengan rekruitmen guru menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), menambah quota melalui program rekruitmen guru Aparatur Sipil Negara (ASN) dan dengan mengembangkan konsep Ruang Talenta Guru yang diperkenalkan sebagai platform tambahan untuk memfasilitasi perekrutan guru honorer yang memenuhi syarat.
Pada tahun 2023 misalnya, target rekrutmen adalah sebanyak 600.000 guru baru dan sampai semester I tahun 2024 jumlah guru yang diangkat menjadi dan PPPK menjadi 770.134 orang (data Badan Kepegawaian Negara). Namun solusi yang pertama, mengangkat guru sebagai PPPK banyak menuai protes dari sekolah- sekolah swasta karena mereka kemudian kehilangan bamyak guru yang ketika diangkat menjadi PPPK mereka tidak ditugaskan atau dipekerjakan ke sekolah swasta di mana mereka mengabdi, tapi ditugaskan ke sekolah negeri.
Di berbagai Pemerintah Kota dan Kabupaten, anggaran kesejahteraan untuk Guru-guru non ASN dan honorer juga selalu meningkat di APBD masing- masing. Anggaran kesejahteraan guru ini bahkan sering menjadi isu strategis dan mujarab untuk menangguk suara dalam even Pilkada. Bahkan untuk guru- guru ASN yang mengajar di SMA atau SMK yang beberapa tahun ini dikelola Pemerintah Provinsi mendapat tambahan pendapat dengan besaran sesuai APBD Propinsi masing- masing.
Namun permasalahan kesejahteraan guru masih juga menjadi pekerjaan rumah besar terutama menyangkut aspek pemerataan dan nominal kepantasan yang juga tergantung pada kemampuan pembiayaan Pemerintah.
Oleh karena itu, pidato Presiden Prabowo pada puncak peringatan hari Guru di penghujung bulan Nopember 2024 menjadi berita sejuk yang menyegarkan yang menjadikan harapan perbaikan kehidupan guru Indonesia semakin mendekati kenyataan.