Semarang, infojateng.id – Air pernah menjadi momok bagi warga Mulyorejo, Kota Pekalongan. Hampir setiap hari, rob merayap masuk ke jalan desa, menggenangi rumah, memaksa warga hidup berdamai dengan genangan.
Kini, pemandangan itu perlahan tinggal kenangan. Di tepi Sungai Bremi-Meduri, deretan parapet beton berdiri kokoh, menjadi garis pembatas antara air pasang dan ruang hidup warga.
Sepanjang 2025, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah menuntaskan pembangunan infrastruktur pengairan yang menyasar dua kebutuhan mendasar, yakni melindungi kawasan pesisir dari rob dan memastikan sawah tetap mendapat air.
Penguatan daerah aliran sungai (DAS), pembangunan dan revitalisasi embung, hingga pemasangan pompa air tenaga surya menjadi bagian dari upaya tersebut.
Di Pekalongan, tanggul Sungai Bremi-Meduri sepanjang total 2.333 meter dibangun sebagai benteng rob. Parapet beton cyclop setinggi sekitar 1,5 meter itu kini melindungi tiga desa, Mulyorejo, Tegaldowo, dan Karangjompo, yang sebelumnya kerap tergenang.
Kepala Desa Mulyorejo, Samroni, merasakan langsung perubahan itu. Warga tak lagi cemas setiap kali air laut pasang.
“Dulu hampir setiap hari ada luapan sungai. Sekarang sudah tidak ada lagi. Jalan juga tidak tergenang,” ujarnya, Selasa (30/12/2025).
Dari pesisir utara, cerita serupa tentang perubahan hadir di lahan pertanian Desa Triharjo, Kecamatan Gemuh, Kabupaten Kendal.
Di tengah kemarau yang biasanya membuat sawah kering dan panen terancam, embung hasil revitalisasi justru menjadi penyangga kehidupan. Embung berkapasitas 11.400 meter kubik itu mampu mengairi sekitar 25 hektare lahan pertanian.
Bagi Matori, seorang petani setempat, keberadaan embung bukan sekadar infrastruktur, melainkan jaminan panen.
“Kalau musim kemarau biasanya tidak panen. Sekarang bisa terairi dan hasil panen juga meningkat,” katanya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang (Pusdataru) Jawa Tengah, Henggar Budi Anggoro, menjelaskan, 2025 menjadi tahun penting pembangunan pengairan.
Delapan embung baru dibangun, dua embung direvitalisasi, serta 14 paket perbaikan daerah aliran sungai dituntaskan di berbagai wilayah.
Untuk tanggul Bremi-Meduri, Henggar menyebut, pembangunan pada 2025 mencakup 733 meter dari total 2.333 meter, sebagai bagian dari proyek tahun jamak sejak 2021.
“Dengan peninggian sekitar 1,5 meter, desa-desa yang sebelumnya selalu tergenang kini relatif aman,” ujarnya.
Penguatan DAS juga difokuskan pada wilayah strategis seperti DAS Pemali, Bodri, Kutho, dan Blorong. Meski di beberapa titik penanganan masih bersifat darurat, Henggar menegaskan arah kebijakan tetap bertumpu pada ketahanan pangan melalui perbaikan jaringan irigasi dan fungsi embung.
Upaya pengendalian air tak berhenti di situ. Di Desa Dukuh Lengkong, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Pemprov Jateng menyiapkan pengoperasian Pompa Air Tenaga Surya (PATS) berkapasitas 2 x 125 liter per detik. Wilayah ini berada di elevasi rendah, sehingga rob dan hujan kerap meninggalkan genangan berkepanjangan.
“Pompa ini bekerja dengan sistem hibrida, panel surya dan listrik. Harapannya genangan bisa teratasi,” kata Henggar.
Pengoperasian pompa tersebut merupakan instruksi Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi dan dijadwalkan diresmikan pada Rabu 31 Desember 2025.
Menyongsong 2026, Pemprov Jateng juga menyiapkan 15 unit pompa mobile berkapasitas 250 liter per detik untuk menghadapi potensi bencana hidrometeorologis.
Namun, Henggar menekankan bahwa infrastruktur hanyalah satu bagian dari solusi.
“Ini harus dibarengi dengan peran masyarakat. Menjaga DAS dan lingkungan menjadi kunci agar dampak siklus hidrometeorologis bisa ditekan,” pungkasnya.
Di Pekalongan, Kendal, hingga Sayung, Demak, pembangunan pengairan kini tak hanya menahan air. Ia menjaga harapan agar pesisir tetap layak dihuni dan sawah terus memberi panen. (eko/redaksi)