Batang, Infojateng.id – Ratusan pelajar SMP Negeri 1 Batang berlenggak-lenggok bergerak serentak, menari tarian khas Batang, Babalu di halaman SMPN 1 Batang, Kabupaten Batang, Sabtu (11/3/2023).
Tari Babalu secara meriah ditarikan lebih dari 190 pelajar bersama para pendidik sebagai fasilitator. Kegiatan ini bertujuan untuk menguatkan karakter dan kecintaan pada seni budaya lokal.
Kegiatan tersebut digelar sebagai realisasi dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) bagi peserta didik kelas VII serta pentas seni bagi pelajar kelas VIII dan IX.
Kepala SMPN 1 Batang Achmad Suroso menyampaikan, tema inti yang diangkat adalah kearifan lokal yang mengkhususkan pada tarian tradisional khas Batang, Babalu.
Suroso mengungkapkan, bahwa anak didik dikenalkan dengan tarian ini agar memahami dan menerapkan kearifan lokal khususnya tari tradisional khas Batang.
“Saya berharap anak didik kami memiliki karakter yang kuat dari sisi sosial, religi dan sopan santun. Tak hanya itu, mereka juga telah diedukasi tentang pencegahan perundungan dan pelatihan kewirausahaan, sesuai minat dan bakatnya,” papar Suroso.
Sementara Ketua panitia gelar karya, Siti Qomsiyah mengatakan, kegiatan ini telah dilaksanakan selama sepekan dan puncaknya adalah even gelar karya yang mengusung tari Babalu.
Siti meminta generasi muda tidak melupakan tari tersebut, karena merupakan salah satu media untuk meraih kemerdekaan Indonesia. Tari Babalu digunakan untuk mengatur siasat agar para pejuang dari Kabupaten Batang dapat menerobos benteng pertahanan kolonial Belanda.
“Tari Babalu sebenarnya ditampilkan oleh 8 hingga 10 orang, tapi khusus pada kegiatan P5 ini kami buat flashmob dengan mengikutsertakan 192 pelajar kelas VII didampingi guru,” jelas Siti.
Dijelaskan, lanjut dia, proses latihannya bertahap dan berkelompok, selama tiga hari mereka dilatih menari sesuai posisinya, sehingga tampak meriah saat ditampilkan.
Ia mengharapkan, setelah mempraktikkan tari Babalu, anak-anak tidak kehilangan jati dirinya sebagai pelestari budaya khas Batang.
“Meskipun mereka digempur oleh budaya asing, tapi karakter kearifan lokal Batang tidak hilang begitu saja,” tandasnya.
Sementara, Salah satu pelajar kelas VIII Hanifah menuturkan, ada sedikit kesulitan terutama untuk menghafal tiap gerakan. Tapi berkat latihan rutin selama sepekan dan menyimak pemutaran vidio tari Babalu, akhirnya bisa ditampilkan secara meriah dan menarik.
“Saya memang suka tarian K-Pop, tapi lebih suka tari tradisional, yaitu Babalu. Ada sedikit kecemasan juga kalau kita tidak lebih mencintai budaya lokal, lama-lama bisa lupa dan hilang, jadi tidak punya identitas budaya sendiri,” ucap Hanifah.
Selain tari Babalu, para pelajar juga mempertunjukkan beragam tarian, di antaranya tari Simo Gringsing yang menceritakan tentang legenda Ki Ageng Gringsing yang memiliki kesaktian dapat berubah menjadi simo atau harimau.
Tari Batik Gringsing ini menunjukkan filosofi keseimbangan, kemakmuran dan kesuburan. (eko/redaksi)