Infojateng.id – Ada banyak cara yang bisa dilakukan jika ingin mencoba memilikiinvestasi, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Namun, sebelum menentukan mana yang sesuai dengan kebutuhan, pastikan perbanyak literasi agar tidak terjebak dalam investasi bodong.
Head of Deposit & Wealth Management UOB Indonesia Vera Margaret mengatakan, masyarakat perlu mengenali risiko terlebih dahulu sebelum memulai investasi.
Ia menyebut, ada berbagai risiko yang harus dikenali, yaitu risiko diri sendiri maupun risiko dari produk yang akan diinvestasikan. Melalui pendekatan Risk-First, UOB Indonesia menekankan akan pentingnya keseimbangan antara risiko dan imbal hasil.
“Masyarakat harus melakukan literasi keuangan. Pahami produk-produk investasi yang ditawarkan. Kadang kita tahu risiko kita, tapi lupa kalau produk punya risiko yang harus dipelajari. Dengan begitu kita bisa menikmati hasil investasi yang kita lakukan,” kata Vera dalam literasi bertajuk “Preserve and Grow Your Wealth Through Risk-First Approach” di Jakarta, belum lama ini.
Lebih lanjut Vera mengajak masyarakat untuk lebih melek edukasi. “Pahami dan mengerti. Harus dipelajari dulu. Misalnya mau investasi emas, ya, ketahui dulu belinya dimana, jualnya bagaimana. Atau invest reksa dana, lihat track record-nya sudah berapa lama, laporan tahunannya seperti apa, hasil investasinya bagaimana, stabil atau enggak. Pelajari dulu dan tidak perlu ketakutan berlebih atas risiko yang belum terjadi,” ungkapnya.
Melihat pentingnya hal itu, kami terus berupaya mendorong literasi dan inklusi keuangan masyarakat khususnya yang berkaitan dengan investasi.
Dalam sesi ini, dengan memberikan informasi komprehensif mengenai investasi pasar modal agar masyarakat dapat mengoptimalkan portofolio kekayaannya dan terhindar dari risiko berlebih.
Hal Ini mengingat jumlah investor dalam negeri yang terus meningkat, terutama dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Namun di sisi lain pemahaman masyarakat terhadap pasar modal belum maksimal.
UOB Indonesia percaya bahwa masyarakat perlu melakukan diversifikasi kelas aset yang harus dibarengi dengan literasi keuangan yang baik.
Melalui pendekatan Risk-First Approach, diharapkan masyarakat dapat memahami tingkat toleransi risiko pribadi yang dapat digunakan untuk mengelola portfolio keuangan dengan risiko yang lebih terukur.
“Sebenarnya tidak cukup hanya tahu risiko, tujuan juga penting mulai dari rangka pendek, jangka panjang, uang sekolah anak, dana pensiun, kebutuhan sehari-hari, dan kebutuhan investasi lainnya. Tujuan dari investasi ini akan mempengaruhi produk apa yang paling tepat dimiliki nasabah sesuai dengan profil risikonya,” jelas Vera.
Dalam pendekatan Risk-First, terdapat tiga langkah dalam perencanaan keuangaan. Pertama adalah melindungi (protect) diri dan orang yang dicintai dengan alokasi dana yang sesuai dengan kebutuhan, solusi asuransi yang tepat, serta aset berisiko rendah lainnya.
Kedua membangun (build) kekayaan dengan portofolio investasi inti yang kuat. Skema ini dirancang untuk membantu mencari imbal hasil yang stabil guna mencapai tujuan fundamental dan jangka panjang, seperti investasi hari tua.
Dan ketiga adalah meningkatkan (enhance) nilai kekayaan dengan investasi taktis dengan membantu menangkap peluang pasar yang muncul. (redaksi)