Rembang, infojateng.id – Hingga pertengahan Desember 2025, angka kematian ibu, bayi, dan balita di Kabupaten Rembang menunjukkan tren penurunan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang, dr Ali Syofi’i menyampaikan, apabila angka kematian ibu tidak bertambah hingga akhir tahun, Kabupaten Rembang berpotensi mencatat rekor terendah sepanjang sejarah.
“Kalau kematian (ibu) ini, bisa bertahan di angka lima sampai dengan nanti 31 Desember 2025 jam 24.00 WIB. Insyaallah kita ini rekor kematian terendah sepanjang sejarah Kabupaten Rembang,” kata Ali, saat ditemui di Taman Kartini Rembang, baru-baru ini.
Disampaikan, dalam lima tahun terakhir, angka kematian ibu di Kabupaten Rembang berhasil ditekan secara bertahap, dari kisaran 13–14 kasus per tahun hingga turun menjadi lima kasus pada 2025.
Tren positif ini diharapkan dapat dipertahankan, melalui upaya maksimal dan kewaspadaan berkelanjutan hingga akhir tahun.
Terkait angka kematian bayi, Ali menyampaikan, hingga pertengahan Desember 2025 tercatat sebanyak 94 kasus.
Jumlah tersebut turun signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 125 kasus, serta 124 kasus pada 2023.
Kabar baiknya, lanjutnya, sepanjang Desember 2025, tidak tercatat kasus kematian bayi. Kondisi ini menunjukkan peningkatan efektivitas pengawasan, serta pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Ali mengungkapkan, tingginya angka kematian bayi pada awal tahun menjadi bahan evaluasi penting bagi jajaran kesehatan.
Menurutnya, pada Januari 2025 tercatat 15 kasus kematian bayi dan Februari sebanyak 14 kasus.
Setelah dilakukan evaluasi, penguatan koordinasi dan komunikasi lintas tenaga kesehatan terus digencarkan, melalui program Temokno, Laporno, Openi (Telponi).
Komunikasi intensif, terutama di tingkat bidan desa, dilakukan untuk memantau kondisi ibu hamil, ibu nifas, dan bayi secara berkelanjutan.
“Di 2025 itu kematiannya banyak di awal-awal tahun. Begitu masuk Januari langsung 15 kematian, Februari 14, dan seterusnya. Ini angka tingginya itu di awal. Tapi alhamdulillah, kita tersadar dan kemudian merapatkan diri, tiada hari tanpa Telponi. Sehingga alhamdulillah, kita bisa berhasil mempertahankan sehingga kematian bayinya bisa kita tekan,” ungkapnya.
Ali menambahkan, adapun angka kematian balita hingga pertengahan Desember 2025 tercatat sebanyak 118 kasus. Angka ini menurun dibandingkan 2023 yang mencapai 145 kasus dan tahun berikutnya sebanyak 142 kasus.
Penurunan tersebut turut dipengaruhi oleh tren kematian bayi yang semakin terkendali.
Selain itu, imbuhnya, pengalaman pada masa pandemi Covid-19 juga menjadi pembelajaran penting.
Meningkatnya perhatian keluarga terhadap anak, serta berkurangnya mobilitas masyarakat dinilai berkontribusi, dalam menekan angka kematian balita.
“Anak diperhatikan dengan baik, perhatiannya semua tercurah ke sana. Kemudian transmisi penyakit karena semua banyak yang stay di rumah, sehingga tidak banyak terjadi penularan penyakit dan makanya menurun,” pungkasnya. (eko/redaksi)